Ngobrol Santai Strangers from Hell

Hai Kawan!
Selamat datang kembali di blog Pembatas Komik.

Kemarin minggu gue baru menyelesaikan serial drama asal Korea Selatan yang direkomendasiin temen gue, yang awalnya bikin skeptis karena stereotype drama Korea itu biasanya romantis dan lagi gak pengen nonton yang begituan.

Tapi setelah menonton 10 episode drama buatan sutradara Lee Chang Hee yang ternyata adaptasi dari Webtoon dengan judul yang sama, gue takjub dengan serial ini. Oleh karena itu di blog kali ini gue bakal ngobrolin hal itu XDb

Oh iya hati-hati SPOILER
Gue sebenarnya agak jarang nonton drama Korea, tapi bukan berarti gue asing dengan hal itu sebelum menonton serial ini gue udah pernah menonton drama Korea kaya Kingdom dan Itaewon Class, cuma untuk serial secara keseluruhan gue jarang karena memakan banyak waktu berbeda dengan film yang sekali nonton beres. Belum cliffhanger dan candu untuk menonton episode selanjutnya yang mendorong kita untuk binge-watching atau menonton semuanya secara penuh dalam satu hari.

Tema dari serial ini adalah gas-lighting dimana kalau kalian agak asing ini adalah tema dari film Shutter Island, walau diakhir film Shutter Island kita mengetahui ternyata bukan begitu tapi awal sampai tengah film itulah gas-lighting.

Simplenya ini serial genrenya psycho-thriller dimana sepanjang ini serial berjalan kita bisa melihat protagonisnya mendapat siksaan mental dari lingkungannya.

Perasaan gak enak dan gak nyaman terus timbul ketika kita melihat interaksi dari protagonis dan lingkungannya, membuatnya terisolasi sendirian karena dia merasa dialah satu-satunya yang "normal" disana.

Orang terdekat dari protagonis melihat apa yang terjadi dia secara logis hanyalah tekanan mental wajar dari anak yang pindah dari desa untuk bekerja di ibu kota, dimana memang wajar tekanan ibu kota yang tinggi membuat orang pasti mengalami stress, tanpa mengetahui kalau tekanan yang dialami si protagonis karena lingkungannya yang gak wajar.

Kita bisa melihat perubahan tokoh protagonis yang dari anak kampung polos dan naif, menjadi pemarah dan meledak-ledak yang kemarahannya diarahkan ketempat yang salah.

Serial ini menunjukan kita tentang prasangka buruk kita ke orang lain yang tidak kita kenal yang melakukan tindakan mencurigakan, segala hal di serial ini didasari oleh prasangka.

Makanya ketika baru 1-2 episode awal diperlihatkan kalau prasangka kita terhadap karakter dilingkungan kos protagonis terbukti benar, membuat gue sedikit kecewa. Karena gue pengennya penonton tetap dimainkan prasangkanya sampai minimal 5-6 episode.

Tapi ternyata hal itu si sutradara sengaja buat untuk membangun twist yang ada di serial ini, ada plot lain juga yang sengaja disembunyikan dengan menunjukan sisi keanehan dari lingkungannya, yaitu si pemeran utama.

Pemeran utama di cerita ini ternyata tidak sebaik, senaif dan sepolos yang kita bayangkan atau prasangkakan sebelumnya. Kemarahannya yang meledak-ledak dan dialog didalam hatinya awalnya kita kira karena pengaruh dari lingkungan kosnya yang ternyata tidak sepenuhhnya benar.

Dia memang berubah karena lingkungan kosnya, cuma dia sudah ada dasar karakter psikopat ketika masa lalunya terkuak.

Walau sebelum pindah ke tempat kosnya dia tidak menunjukan sifat psikopatnya, hal itu karena dia tidak berada ditempat yang "tepat" seperti kosannya.

Penghuni kosan lainnya yaitu karakter yang berprofesi sebagai dokter gigi awalnya kita merasa dialah yang terlihat paling normal disana, namun kembali lagi prasangka kita dimainkan penampilan yang normal belum tentu menunjukan sifat. Dimana penampilannya yang bersih dan rapi hanyalah cangkang belaka dimana sifat empati terhadap sesama manusia didalamnya kosong.

Karakter dokter ini bisa dibilang adalah salah satu roda gigi dari plot di serial ini dimana dia mencium sifat asli si protagonis, dan berusaha mengeksploitasinya untuk membuatnya muncul di permukaan.
Banyak ekspektasi yang dimainkan disini, unsur investigasi kejahatan di serial ini juga menambahkan bumbu keseruan dari pengalaman menonton Strangers from Hell semakin nikmat.

Sekian dulu obrolan gue di blog kali ini, sampai ketemu di blog selanjutnya...

Comments